Rabu, 17 September 2014

Budaya Sumbawa



Oke, kali ini aku akan bercerita sedikit tentang Sumbawa

1. Karaci
Kebudayaan melibatkan dua orang lelaki yang saling pukul untuk menentukan siapa yang paling pantas jadi juara di daerahnya.
Asal mulanya, karaci merupakan hiburan bagi para raja di istana Sumbawa. Kemampuan para petarung untuk saling memukul dan menahan pukulan menjadi tontonan yang sangat menghibur. Inilah asal mula karaci tersebar di masyarakat Sumbawa.

Seni karaci biasa dilakukan oleh dua orang dewasa Suku Samawa, Suku asli Sumbawa.
Para petarung menggunakan tongkat yang disebut sesambu dan empar/perisai yang terbuat dari kulit kerbau. Dengan diiringi ngumang(semacam gerak tari), petarung memulai karaci sambil berbalas pantun. Pantun ini dimaksudkan untuk mencari lawan bertarung. Setelah menemukan lawan, para petarung akan saling pukul untuk menentukan siapa pemenangnya.

Karaci dipimpin oleh seorang wasit pemisah. Dengan menggunakan tongkat berukuran sekitar 4 meter, wasut di tuntut harus adil dan mampu mencegah terjadinya pertarungan yang menjurus ke bahaya. Permainan ini juga memiliki tim medis atau biasa disebut sandro yang bertugas untuk mengobati para petarung yang terluka.

Tujuan permainan ini adalah untuk membentuk sifat keberanian, agar lelaki Sumbawa berani mempertahankan tanah Sumbawa dari orang yang ingin merusaknya.

2. Barapan Kebo

Barapan Kebo merupakan balapan yang dilakukan oleh sepasang sapi yang dikendalikan oleh seorang joki. Pasangan kerbau yang berlari lebih cepat dari yang lainnya dan mampu mentatuhkan sakak (tiang kayu) di garis finish, dialah pemenangnya.

Kerbau balap tidak dipilih sembarangan, kerbau harus memiliki ciri khusus menyerupai pusaran di bulunya. Jumlah pusaran tersebut harus genap atau seimbang di tubuhnya. Misalnya jika terdapat 2, maka satu dikiri satu lagi dikanan. Biasanya kerbau yang paling cepat, pusarannya terdapat di tengkuk kerbau. Selai itu, ciri lainnya ialah kerbau selalu memandang tegak kedepan dan tanduknya tumbuh sempurna melengkung ke atas. Sebelum terjun ke lapangan, sepasang kerbau dilatih berlari di sungai yang airnya surut.

Kerbau dilengkapi sejumlah peralatan bertanding seperti noga, sebatang bambu atau kayu sepanjang 2,5 meter yang di pasang pada punduk kedua sapi. Dibaguan tengah noga ada bambu memanjang ke bagian belakang kerbau, dan bagian ujung bambu itu terdapat kareng(pijakan sang joki.
Dengan mangkar (cemeti), sang joki berdiri di kareng dan dibawa lari  oleh kerbau dari garis start menuju sakak sebagai garis finishnya. Joki dan si kerbau harus merobohkan sakak, sehingga bisa dinyatakan sebagai pemenang.

Arena bertanding umumnya di sawah yang berair dan berlumpuh. Tinggi permukaan air dan ketebalan lumpur, tergantung panjang-pendeknya areal sawah tempat kompetisi. Bila area sepanjang 50 meter, maka Volume air sawah diupayakan lebih banyak, supaya lapangan relatife becek, sekaligus di jadikan faktor kesulitan bagi peserta. Bila petak sawak sepanjang 100 meter, maka airnya lebih kering.

Sejalan dengan perkembangan pariwisata, pacu kerbau dijadikan suguhan bagi wisatawan. Beberapa hotel menjual permainan rakyat ini sebagai paket wisata bagi para tourist. Barapan ini bisa di katakan pula arena bursa bagi kerbau, ini mengingat kerbau yang menang berkompetisi nilai jualnya amat tinggi, 20 juta sampai 30 juta per ekor. Ini pun belum tentu pemiliknya mau menjualnya.malah sebelum jadi petanding dalam pentas barapan, asalkan memiliki ciri-ciri khusus sebagaimana ciri-ciri kerbau yang bagus di jadikan atlit, bisa berharga 6 juta sampai 8 juta per ekor. Jauh lebih mahal di banding harga pasar seekor kerbau untuk pemeliharaan atau kerbau potong yang berkisar 2 juta sampai 4 juta per ekor. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar